FMF2017.
Hey man upon the hill, up here.
I used to write you.
You loved the way I watch the sun
Through my finger.
We spent sometimes to the day we met.
Can I fall into your constellation eye~
Stars and Rabbit - man upon the hill
Batu - July 15th, 2017
Biasanya aku ga begitu suka sama tempat yang terlalu ramai, terlalu dingin, atau terlalu panas. Tapi Folk Music Festival (FMF) kemaren sukses bikin aku stay di venue sampe jam 1 malem sambil kedinginan. Mulai duduk di barisan (hampir) depan, dan ditutup dengan jingrak-jingkrak di barisan belakang. Aku jingkrak-jingkrak bukan hanya karena atmosfer FMF yang terlampau asik kalo dibuat diem aja, tapi juga udara dingin yang susah banget ditoleransi sama tubuhku, sampe-sampe aku gabisa ngerasain ujung-ujung jariku. Jadi, nggerakin tubuh secara terus menerus adalah salah satu cara yang cukup ampuh untuk mengusir kedinginan yang HQQ (read: hakiki). Mungkin buat readers yang tinggal di daerah bersuhu panas dan datng ke batu buat nonton FMF juga merasakan hal yang sama. Freezing.
FMF tahun ini diselenggarakan di Kusuma Agrowisata, Batu. Dengan kombinasi apik view pegunungan yang super-keren di sebelah barat, dan hamparan kerlap-kerlip lampu di sebelah timur. Ditambah lagi udara sejuk khas pegunungan seakan menghipnotis penonton untuk enggan beralih dari FMF. Dan hal itu sukses bikin penonton stay di venue lebih lama. Bahkan, semakin malam semakin padat, semakin rapat, semakin nikmat. ehe~. Sembari mendengarkan musik-musik Folk yang nikmat, penonton boleh banget jalan-jalan keliling venue. Buat penonton yang dateng dari luar kota dan pengen bawa buah tangan, FMF juga menyediakan stand merchandise, record, dan music craft. Stand favoritku masih di kerajinan-kerajinan khas nusantara. Mulai dari gelang, kalung, gantungan kunci, sampe kain-kain tenun bermotif khas etnik Indonesia. Karena FMF ini diselenggarakan mulai pagi sampe malam, stand-stand food and beverages sudah berjajar rapi di bagian belakang dan siap memanjakan lidah penonton dengan makanan dan minuman yang pas banget porsinya di perut dan di dompet.
Menurutku FMF bukan sekedar sebuah festival musik biasa. Atmosfer FMF kemarin beda banget kayak feel-feel festival musik pada umumnya. Selain genre musik yang unik, rasa kekeluargan antara musisi-musisi indie dan penonton tercipta dengan syahdu, se-syahdu suaranya Sandrayati Fay, salah satu musisi folk Indonesia yang ikut memeriahkan panggung FMF siang itu. Hal ini yang jadi alasan, kenapa aku nulis 'Ketika Musik Folk Membawa Kita Kembali Ke Rumah'. Bahkan, salah satu temenku dari Surabaya juga sempet duduk sebelahan sama pelantun lagu Kalapuna di barisan paling depan, Danilla. Mungkin kalau aku jadi dia, aku udah bisa merilis album sama Danilla. Album foto hehe.
Penasaran sama deretan musisi yang mengisi acara itu? Mereka adalah Pagi Tadi, Manjakani, Irine Sugiarto, Sandrayati Fay, Bin Idris, Ikhsan Skuter, Jason Ranti, Silampukau, Danilla, Ari Reda, Monita Tahalea, Float, Payung Teduh, dan ditutup oleh Stars and Rabbit. Ngga cuma itu, penonton juga disuguhi dengan small talk dan sharing bareng musisi-musisi FMF,loh. Asik banget ngga tuh? Sayangnya aku belum hadir di venue waktu sesi itu. Tiba-tiba aku menyesal.
Tau ngga sih, ada sedikit kejutan selama acara berlangsung, salah satu lagu sejuta umat milik Banda Neira dinyanyikan di atas panggung FMF. Tau dong lagu romantis luar biasa yang berjudul 'Sampai Jadi Debu'. Yap, lagu tersebut dibawakan oleh Monita Tahalea dan sukses bikin aku berkaca-kaca.
Well, untuk performance favoritku selama FMF 2017 jatuh kepadaaaaa~ Payung Teduh dan Danilla. Payung Teduh berhasil ngebawain lagu-lagu mereka sambil menggiring penonton buat larut ke lagu mereka. Sekalipun mas Is ga nyanyi, suara riuh penonton yang nyanyi itu lo bikin merinding. Perform mereka bikin terkagum-kagum sampe aku kehabisan kata-kata. Kemudian Danilla, she's still my favorite one, keren banget seperti biasa. ‘Kalapuna’ juga jadi salah satu lagu yang dia bawain waktu itu. Lagu yang menunjukkan bahwa, "rasa jijik bisa menjadi begitu asik". Terakhir, aku harus berterimakasih kepada FMF 2017 yang menunjukkan bahwa ada musisi bernama 'Jason Ranti. Itu kali pertama aku tau Jason Ranti dan mendengarkan lagu-lagunya. And this is my first impression, selama dia nyanyi yang aku liat dia ga lagi nyanyi, tapi lagi ngobrol, bercengrama,bercanda, dan ketawa. Cocok banget sama salah satu liriknya:
Aku tak ingin menangis menerka gerimis.
Di sepanjang lorong itu aku tak ada nyali
oh Pak Sapardi~
Aku ingin ngopi dengan sederhana di bulan juli~
Dengan murid cantikmu di UI
Jason Ranti - Lagunya Begini, Nadanya Begitu
Terimakasih Folk Musik Festival 2017, acara yang penuh dengan sembarang kalir.
Seeya on 2018,
Your fan, Omnivorah
waaa.. seru! tahun ini datang juga kah?
BalasHapusInsyaallah datang, tiket sudah di tangan hehe.. seeya there
Hapus